Selamat membaca
Arsitektur Islam, Seperti Apa?
semoga bermanfaat

DONASI THIS BLOG

judul widget leftbar

Text

Labels

SPONSOR

Blogger news

Translation

translation services

DONATION FOR BLOG

Powered By Blogger
Diberdayakan oleh Blogger.

Arsitektur Islam, Seperti Apa?

Arsitektur Islam, Seperti Apa?

Sewaktu membahas arsitektur Islam, kita pasti tidak bisa lepas dari membahas bangunan masjid. Dari arsitektur mesjidlah, pembahasan mengenai arsitektur Islam dimulai dan bermuara. Sebelumnya, kita sering mengidentikkan bangunan masjid dengan ciri khas kubah di bagian atasnya. Padahal bentuk kubah, begitu ditelusuri dalam sejarah arsitektur, berasal dari Romawi. Bukan dari wilayah dimana Islam berasal dan berkembang. Bahkan, bangunan ka’bah yang menjadi kiblat umat Islam, dan menjadi titik pusat kota Mekkah, diperintahkan Allah kepada Nabi Ibrahiim, tanpa mensyaratkan bentuk apapun. Nabi Ibrahimpun membangunnya dengan interpretasi bentuk yang sederhana, kotak persegi.

Sekarang memang bentuk masjid berkembang dengan ragam bentuk yang bervariasi, tidak melulu mengandalkan bentuk kubah beserta lengkungannya yang khas. Masjid Salman ITB dengan bentuk kotak dan perseginya. Kemudian Masjid al-Markaz Makassar dengan bentuk atap khas Indonesia, segitiga, dengan hiasan geometris yang cukup beragam. Yang perlu dicatat, secara eksplisit dalam ajaran Islam tidak pernah mensyaratkan bentuk tertentu untuk diterapkan dalam bangunan fisik ummatnya. Islam hanya mensyaratkan dan memberi batasan mengenai prinsip-prinsip umum yang bersifat maknawi, seperti kesucian, kebersihan, dan keindahan. Bagaimana suatu bangunan itu menggambarkan kesucian, mewujudkan kebersihan, dan terlihat indah bagi yang melihatnya, kita diberikan kebebasan interpretasi dan aplikasi dalam penerapan di lapangan. (Tapi ada satu prinsip yang terasa kontradiktif dalam penerapannya di lapangan, yang akan di bahas nanti di akhir).

Sehubungan dengan bangunan masjid bergaya Timur Tengah yang sering dikait-kaitkan sebagai bangunan bergaya arsitektur Islam yang sesungguhnya, saya kurang setuju. Seperti halnya mengidentikkan Islam dengan Timur Tengah atau Arab. Islam memang lahir dan berkembang di Arab, tapi bukan berarti segala sesuatu yang berasal dan berbau Arab sudah pasti mewakili Islam. Bahkan Islam hadir di Arab, dengan salah satu agendanya adalah merevisi budaya-budaya menyimpang yang berkembang di wilayah Arab. Budaya itu dikenal dengan budaya jahiliah. Budaya Arab yang bersifat lokalis, hanya cocok untuk masyarakat Arab atau Timur Tengah. Ia tidak bisa dipaksakan untuk diterapkan di wilayah lain di luar wilayah Arab, dengan mengatasnamakan Islam. Arsitektur adalah bagian dari budaya yang dipunyai oleh masing-masing masyarakat yang mempunyai ciri khasnya sendiri, sesuai dengan kekhasan wilayahnya. Kita tentu tahu, Indonesia mempunyai banyak ragam rumah tradisional yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, dikarenakan wilayah Indonesia yang cukup luas dengan ratusan suku yang hidup di dalamnya, dan mempunyai budaya masing-masing yang khas.

Dengan begitu, masjid yang dibangun di Arab ‘mestinya’ akan berbeda dengan masjid yang dibangun di Indonesia. Menyamakan semua bentuk masjid yang tersebar di seluruh wilayah dunia dengan bentuk masjid yang dibangun di Arab, bahkan mematenkan bentuknya, adalah sebuah bentuk pelanggaran budaya. Untuk mewujudkan arsitektur Islam, atau arsitektur bernuansa dan bernafaskan Islam, kita hanya harus mematuhi prinsip-prinsip umum yang digariskan di dalamnya. Apa prinsip-prinsip umum itu? Semuanya tertuang dalam al-Quran, landasan pokok ajaran Islam, ditunjang oleh sunnah-sunnah Nabi yang terangkum dalam hadits Rasulullah.

Prinsip-prinsip umum ajaran Islam mengenai sholat mesti diterapkan dalam bangunan masjid. Karena sesuai dengan namanya, masjid adalah tempat umat Islam bersujud, sholat mengahadap Allah Swt. Yang pertama mengenai qiblat, arah hadap sholat. Bangunan masjid mesti menyesuaikan dengan arah Qiblat. Kalau tidak bangunannya, ya susunan interior di dalamnya. Ada kalanya suatu bangunan yang sudah ada, yang sebelumnya berfungsi sebagai bangunan umum, dirubah fungsinya sebagai masjid, seperti contohnya masjid Cut Meutia, Jakarta. Dikarenakan arah bangunannya tidak sesuai dengan arah qiblat, maka interior bagian dalamnyalah yang menyesuaikan. Begitu masuk ke ruangan masjid, kita akan melihat deretan shof yang miring, yang sudutnya berbeda dengan persegi ruangan. Idealnya yang mengikuti arah qiblat adalah arah bangunannya, karena bila yang menyesuaikan arah qiblat adalah ruangan interiornya, maka daya tampung jamaah sholat tidak akan maksimal dikarenakan banyak ruangan shof yang terbuang (hasil sudut yang berbeda antara garis shof dengan persegi ruangan).

Yang kedua mengenai baris shof. Aturan mengenai baris shof ini akan menghasilkan modul baris shof. Dimensi baris shof adalah dimensi yang didapatkan dari kegiatan sholat, utamanya adalah ketika orang bersujud, yaitu sekitar 120 cm, dengan ukuran lebar orang sholat adalah 50-60 cm. Sebelum membangun masjid, mesti ditetapkan terlebih dahulu, berapa orang jamaah sholat yang akan ditampung, disesuaikan dengan luas lahan yang ada. Misal, ditetapkan jumlah jamaah yang akan ditampung sebanyak 400 orang, maka dari modul ukuran orang sholat akan didapatkan dimensi ruangan masjid 12 kali 20 meter, yang terdiri dari 10 baris shof. Tiap baris shof terdiri dari 20 orang jamaah. Ini baru hitungan kasar. Dalam pelaksanaannya, harus diperhitungkan pula tiang bangunan masjid yang berada di dalam ruangan masjid, yang jumlahnya akan mengurangi daya tampung jamaah. Lebar tiang utama umumnya berkisar antara 30 sampai 40 cm. Satu tiang akan mengurangi jumlah satu orang jamaah sholat. Idealnya, ruangan sholat bersih dari adanya tiang-tiang struktur, sehingga jumlah jamaah sholat bisa maksimal, dan tidak ada bagian yang satu jamaah terpisah dengan jamaah lain dengan adanya tiang. Teknologi struktur mutakhir memungkinkan suatu bangunan dengan bentangan luas dapat terbangun, tanpa adanya tiang-tiang struktur di tengah-tengahnya. Seperti struktur baja bentang lebar (pre stressed), maupun struktur space frame. Bangunan masjid masa kini, bisa memanfaatkan teknologi tersebut.


Sumber : http://muhipro.wordpress.com/

0 komentar

Silahkan Beri Komentar Saudara...

Popular Posts

TRAFFICT

Judul widget rightbar

Label

Tag Cloud Comulus Labels

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Template Oleh trikmudahseo